Senin, 09 Mei 2011

SOSOKNYA DI MATAKU


Tiga belas tahun yang lalu seorang pria gagah, berwibawa terlihat dari mataku yang mulai terbuka. Tangannya yang tegas dan kasar yang terasa sangat lembut menyentuh jemari mungilku dan mulai membelaiku. Mengangkat tubuhku dengan penuh kepastian tanpa ada sedikit pun keraguan, namun penuh ketakutan apabila tubuhku terlepas dari pelukannya. Namun sayang tak pernah terbersit sedikit pun ingatan dari otakku tentang dirinya saat itu. Senyumnya yang samar-samar terlihat, tawa bahagianya yang terdengar sangat antusias. Hal pertama yang kurasakan, seseorang mendekatkan mulutnya ke ujung telingaku dan kudengar suara yang merdu dari bibirnya itu.
Dengan rasa senang dan perasaan ikhlas bertahun-tahun pria itu merawat, mendidik, menyekolahkan dan membahagiakanku. Tak pernah terhitung olehnya berapa biaya serta tetesan keringat yang telah dikeluarkannya untuk menjadikanku seorang yang hebat. Menjadikan seorang putri yang anggun dengan intelligent yang tinggi. Rasa kekhawatiran muncul ketika suatu saat aku belum tiba di rumah tanpa kabar. Rasa  bersalah menyelimuti diriku saat itu juga. Pertama kali yang aku lihat darinya adalah rasa kekhawatiran yang terukir jelas di wajah tampannya itu. Namun aku hanay dapat mengucapkan maaf kepadanya.
Seorang pria yang tak pernah mengeluh kepadaku ketika rasa letih menghampiri tubuhnya, rasa sakit menyerang di dalam tubuhnya, hingga permasalahan hidup dan keluarga yang menimpa dirinya. Tak ingin membebaniku dengan pikiran yang tidak-tidak. Hanya menginginkanku untuk dapat bersekolah dan meraih cita-cita untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik.
Hanya satu hal yang sering dia inginkan yaitu, secangkir teh yang menemaninya di pagi, siang, sore, maupun malam hari. Namun sayang rasa kecewa menghampirinya ketika aku dengan enggan membuatkannya maupun membuatnya menunggu terlalu lama hanya untuk meminum secangkir  teh hangat. Setiap apa yang aku minta darinya selalu ia mengusahakan untuk menepati dan memenuhinya. Namun apa yang telah aku lakukan telah membuatnya merasa kecewa.          
Hingga suatu saat tubuh yang gagah itu terbaring lemah di atas kasur dengan muka pucat dan sakit yang menggerogoti tubuhnya. Namun tetap saja tak pernah mersa ingin merepotkan orang lain, pria itu berusaha untuk tidak menginap di ruamh sakit. Walaupun sebulan lebih harus selalu chek up karena tidak mau meginap di rumah sakit. Sampai akhirnya ia sembuh dari penyakitnya itu, pria itu selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku dan hidupku. Sampai akhirnya dia sembuh pria itu selalu berusaha memberikan yang terbaik untukku, hingga akhirnya lima tahun berlalu dan ia telah benar-benar terbaring lemah dengan beberapa selang menempel di tubuhnya. Penyakit yang selama bertahun – tahun menggerogoti tubuhnya, yang tidak pernah terdeteksi sebelumnya. Hingga semua terlambat. Jarum di dalam tubuhnya dan cairan obat mengisi tubuhnya. Nafas sesak dan rasa sakit di dalam dadanya yang tak tertahankan.
Namun cinta akan selalu terpelihara dalam hati walaupun pria tersebut telah pergi sangat jauh meninggalkan hidup, diri dan kasih sayangku dan kesempatan yang belum terwujud untuk meminta maaf atas apa yang telah aku lakukan selama ini. Sejatinya cinta adalah roh di dalam hati yang selalu menyelimuti dirikudengan kasih sayang. Seseorang boleh pergi jauh namun kasih sayang  dan pengorbanan akan selalu terukir di dalam hati.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar