Minggu, 23 September 2012

SAHABAT


Tahukah kau, sahabatku…
Saat itu kutengah menyibak tirai awan 
Kupilih satu rasi bintangku 
di antara milyaran bintang di langit tak berbatas 
untuk kujadikan pemandu perjalanan
Laiknya seorang pelaut yang terapung-apung di tengah laut nan gelap gulita
di tengah laut luas yang mampu menelan apa saja dengan sekali badai 
namun kembali tenang di permukaan seolah tak terjadi apapun.

Tahukah kau, sahabatku…
Tak lama, muncul bintang jatuh
aku takjub dengan keindahannya
bintang jatuh itu melesat cepat, namun tak beberapa lama menghilang
Aku pun hampir tersesat di antara bintang-bintang, hanya sekedar untuk menemukan bintang jatuh itu
gemintang yang melesakkan getaran hebat saat aku menyaksikannya melesat 
getaran asing yang mengamplifikasi total sistemnya 
Pusaran indah tak bernama...

Tahukah kau, sahabatku…
Kamu bukan tisu sekali pakai
Aku tidak mungkin membuang apa-apa
Otakku merekam kamu, kita, dan hari-hari yang terlewati bersama
Tapi hati bukan untuk menyimpan itu semua 
Ia menyalurkan segalanya 
Mengikhlaskannya 

Inilah gurat harapku, sahabat…
Saat dimana waktu kita kembali beririsan, koordinat kita merapat, 
dan kita mengalami kejutan itu. 
Saat ujung jemariku mengantar pesan yang menyebar ke seluruh sel kulitmu, 
dan kamu memahamiku seketika.
Saat napasmu merambatkan api yang menjalar ke paru-paruku, 
dan aku terbakar karenanya.
Saat darahku mendesirkan gelombang yang tertangkap oleh darahmu, 
dan kita berpadu dalam badai yang sama.
Biarkan saja mereka lebur dalam bara yang satu, 
demi menemukan kesejatiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar