Kamis, 17 Januari 2013

KETIDAKPASTIAN MEMILIKI KEPASTIAN #1


Tergopoh – gopoh seorang perempuan berlari menuju kelas barunya , jam 07.10 !Artinya sudah 10 menit dia terlambat. Saat  tiba di pintu kelasnya suasana sepi, tenang, dan tentram membuat perasaan perempuan ini tak karuan. Nafasnya masih tersengal – sengal, sambil menenangkan diri, ia membuka dahan pintu itu perlahan berharap tidak dimarahi oleh guru di hari pertamanya di sekolah ini. Pintu terbuka lebar, sontak pandangan seluruh kelas menuju ke arah perempuan itu. Perempuan itu sedikit bernafas lega, karena di dalam kelas belum ada guru yang datang. Ia menyapukan pandangannya ke seisi kelas, mencoba mencari bangku kosong. Di sana ! hanya tersisa satu bangku kosong di deretan tempat duduk lelaki dan tentunya di sebelah lelaki. Perempuan itu segera menempati tempat itu lalu mengatur nafasnya karena semenit kemudian guru memasuki kelas dan memulai pelajaran.
Saat istirahat, Anna menghampiri perempuan yang sekarang sedang menyandarkan kepalanya di meja itu, sepertinya ia masih  kelelahan.
“Alma, kok tadi telat sih ? Ma, maaf ya gak bisa sebangku sama aku. Soalnya tadi aku juga tidak tahu kalau ada orang yang menempati bangkumu. Maaf ya, Ma. Gak marah kan ?” Anna turut menyandarkan kepala di meja sebelah Alma.
“Iya, An. Gak marah kok, tenang aja lah”
“Ma, cowok yang duduk di sebelahmu namanya siapa ? keren juga lho, Ma.”
“Gak tau.”
“Kamu gak kenalan, Ma ? Ya ampun Alma kok bisa sih gak kenalan ? Diem – dieman dong kalian ? Gimana sih, Ma cowok keren gitu dianggurin. “
“Anna, kamu itu bawel banget sih. Ribut banget, yang kenalan kan aku kenapa kamu yang malah ngomel gini sih.”
Beberapa hari setelah itu, pelajaran Bahasa Inggris sedang berlangsung di kelas Alma. Saat itu, guru ingin mengacak tempat duduk siswanya agar suasana kelas bisa lebih kondusif. Dengan menempatkan perempuan bersebelahan dengan laki – laki. Alma kini sebangku dengan laki – laki itu lagi, sepanjang pelajaran berlangsung, tak ada sepatah kata pun  yang diucapkan oleh Alma dan Angga. Ya, namanya Dewangga biasa dipanggil Angga. Alma mengetahui namanya dari Anna yang sepertinya terhipnotis dengan laki – laki ini. Angga memang cukup keren, tidak banyak bicara, dan lebih terlihat dingin di mata Alma, tapi dia cukup menarik. Tanpa disadari, Alma justru memandangi laki – laki ini terus – menerus.
“Kenapa mandangin terus ?” Pertanyaan itu menyadarkan kembali pikiran Alma, ternya Angga menyadari Alma sedari tadi memandanginya.
“Ha, eh gak kenapa – kenapa kok .” jawab Alma gelagapan.
“Ngomong – ngomong kita belum kenalan, aku Angga.”
“Aku Alma.” Mereka berdua pun berjabat tangan satu sama lain. Setelah hari itu, Alma dan Angga menjadi cukup dekat. Tidak terlalu dekat memang, sebatas teman biasa. Sms, ngobrol, chatting sering mereka lakukan selayaknya teman biasa. Tapi yang jelas kehadiran Angga bisa membuat Alma untuk sejenak melupakan laki – laki yang ia kagumi bahkan hingga sekarang. Laki – laki yang menurut Alma mungkin akan sulit ia gapai. Kedekatannya dengan Angga, membuat Alma bercerita tentang Angga kepada  Arya. Arya merupakan sahabat Alma sejak kecil, Alma sering bercerita apapun dengan Arya.
“Ya, Angga baik deh. Kemarin dia bantuin aku lho ngerjain PR, dia juga sering merhatiin aku, ngingetin makan, gitu lah pokoknya.” Cerita Alma sambil tersenyum.
“Kayaknya Angga baik banget ya sama kamu. Perhatian lagi, apa mungkin dia suka sama kamu ?”
“’Arya, masa sih dia suka sama aku ? emm kayaknya enggak deh, Ya.”
“Kenapa gak mungkin, Ma ? Kamu baik, juga cantik, siapa sih yang gak suka. Lagian kamu banggain dia banget kayaknya, kamu juga suka ya sama dia ?” Tanya Arya dengan tatapan sendu.
“Arya apaan sih. Siapa juga yang banggain dia ? biasa aja kok.” Jawab Alma dengan sedikit tersipu.
“Tapi bukannya aku juga sering merhatiin kamu ya ,Ma. Tapi apa pernah kamu banggain aku di depan temen kamu seperti kamu banggain Angga di depanku ?”
“Kamu kok jadi gini sih ? Kamu kenapa ?” Tanya Alma heran dengan sikap sahabatnya ini.
“Kalo aku bilang cemburu gimana ? aku cemburu karena kamu deket sama Angga karena aku suka sama kamu Alma.”
“Kamu bicara apasih, Arya kamu itu sahabat aku dan sampai kapanpun aku mau kamu jadi sahabatku, Ya. Oke . kita sahabat, gak lebih.” Jawab Alma serius.
“Hahaha iya Alma, aku Cuma bercanda kok. Gak perlu serius gitu kali.” Arya tersenyum sekarang, hampir tertawa tapi hanya senyum palsu.
Percakapannya dengan Arya tadi cukup membuat Alma menjadi kepikiran. Dia mengenal Arya sudah sangat lama, dia tahu saat Arya berkata jujur dan tidak. Dari sorot matanya tadi, ada satu hal yang disadari Alma. Arya mungkin memang benar – benar suka dengannya. Alma tidak menyangka akan seperti ini, dia menyayangi Arya tapi hanya sebatas sahabat. Tidak lebih dari itu. Dia tidak ingin kehilangan sosok sahabat seperti Arya. Itulah sebabnya Alma tidak pernah membiarkan perasaannya menjadi lebih kepada Arya, di samping masih ada seseorang yang ia kagumi. Tapi ia sudah menceritakan banyak hal tentang Angga kepada Arya, jika memang Arya benar- benar menyukainya tentu hal itu sudah melukai Arya. Pikiran seperti ini justru membuat Alma pusing.
Keesokan harinya, Alma mendapat kabar mengejutkan dari Anna.
“Ma, kata anak – anak Angga suka lho sama kamu.”
“Hah ? Apasih An, sudahlah gak usah buat gossip pagi – pagi gini.”
“Siapa yang gossip sih, beneran kok.”
Sepertinya perkataan Anna tadi memang bukan gossip semata, teman – temannya sekelas mulai mengejeknya dengan Angga. Mendapat perlakuan seperti itupun membuat sikap Angga berubah. Dia menjadi lebih canggung, tidak seperti biasanya. Itu jelas – jelas menjadi petunjuk bahwa gossip yang beredar itu adalah sebuah FAKTA. Semua hal ini benar – benar membuat Alma pusing, ia tidak menyangka akan seperti ini jadinya. Hubungannya dengan Angga pun perlahan – lahan merenggang hingga menyapa saja jarang mereka lakukan. Mereka menjadi pemalu saat saling bertemu. Entah kenapa bisa seperti ini. Alma ingin menceritakan hal ini pada Arya tapi ia takut justru akan menyakiti perasaan Arya. Tapi Alma benar- benar membutuhkan Arya untuk bercerita, akhirnya Alma menceritakan semuanya. Kelihatannya pun Arya baik – baik saja, dia memberi nasihat seperti biasanya. Tidak ada hal yang aneh pada Arya, membuat Alma menjadi lega.
 Hari terus berjalan, Alma dan Angga justru semakin menjauh. Bukan karena apa – apa. Tapi Alma sedikit risih dengan ejekan teman – temannya, Alma yang memang pemalu jadi memilih menghindar saat bertemu Angga agar teman –temannya tidak terlalu menghebohkan mereka. Arya pun justru jadi sulit sekali dihubungi, bahkan 2 bulan terakhir ini Arya sama sekali tidak bisa dihubungi. Alma sedang bingung ingin melakukan apa, iseng – iseng dia membuka e-mail yang sudah lama sekali tidak pernah ia buka. Ada 273 pesan baru yang belum ia baca, kebanyakan pesan itu berasal dari akun facebook dan twitter miliknya. Tapi ada satu hal yang menarik perhatian Alma saat itu. Email dari Arya 2 hari yang lalu. Alma segera membuka e-mail itu, ia tidak sabar ingin tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
Hai Alma, apa kabar ? Sudah makan ? jangan telat ya, nanti kamu sakit. Jangan tidur terlalu malam juga, gak baik untuk kesehatan dan juga nilai pelajaran kamu di sekolah hehehe. Maaf ya kalau kamu gak bisa hubungi aku akhir – akhir ini. Kalau boleh jujur sih, emang sengaja aku menghindar dari kamu. Bagimana kabar kamu sama Angga ? masih saling gak nyapa ? Kok kalian jadi orang saling gak kenal gitu sih. Jangan seperti ini terus, aku rasa Angga cocok untukmu. Aku rasa juga pasti ada rasa di hati kamu buat Angga, iyakan ? Jujur aja, Ma aku cemburu akan kedekatan kamu dengan Angga. Aku benar – benar suka sama kamu, Ma. Bukan hanya suka, aku sangat sayang sama kamu lebih dari sekedar sahabat. Tapi setiap kali kamu mengatakan kita haya sahabat tidak lebih, membuat semua harapanku pupus. Aku mengenal kamu jauh lebih lama dari kamu kenal dengan Angga. Aku juga perhatian dengan kamu seperti Angga. Tapi apa kamu pernah melihatku ? Apa kamu pernah menyadari rasa sayangku ini ? Setiap kali kamu membanggakan begitu perhatiaannya Angga ke kamu, aku sakit Ma. Tapi kamu senang menceritakan tentang Angga ke aku, makanya aku berusaha tenang. Buatku yang penting kamu masih mau selalu berbagi sama aku, masih mau dekat denganku cukup membuatku senang. Tapi hati ini memiliki batas emosi, hati ini menginginkan lebih. Kamu tidak pernah mau menangkap hati ini, bahkan membuka tanganmu untukku saja tidak kamu lakukan Alma. Kesabaran hati ini menunggu sudah hilang Ma, aku tidak bisa selalu menunggu sedangkan kamu selalu meceritakan orang lain dihadapanku, membanggakannya seolah aku hanyalah patung yang mendengar semua ceritamu tanpa merasakan apapun. Mungkin aku hanya sahabat untukmu, tapi kamu lebih dari itu.  Maaf mungkin aku yang salah, jadi lebih baik aku menghindar untuk sementara waktu dari kamu.  Tapi aku gak akan pergi lama kok, tenang saja, saat aku mulai bisa mengendalikan perasaanku ini nanti, aku pasti akan kembali. Jaga diri baik – baik ya. Take care =).
Tak terasa sebutir air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata Alma kini mengalir begitu saja. Alma tidak menyangka akan kebodohannya sendiri, seharusnya ia menyadari perasaan Arya. Seharusnya ia bisa menjaga perasaan sahabatnya dengan lebih baik. Tidak seperti ini, sahabatnya menghindar darinya, ia juga saling menghindar dengan Angga. Semua hal ini membuatnya pusing, ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang yang langsung memeluk seluruh tubuh Alma. Memejamkan mata dan membiarkannya terlelap dengan harap ini semua hanya bunga tidur yang singgah sejenak mengiringi malam sepi Alma.
Tapi saat terbangun di keesokan paginya, Alma menyadari ini bukan mimpi. Ini benar – benar hidupnya yang harus ia jalani. Sekarang Alma lebih sering terlihat lesu daripada ceria seperti biasanya. Hubungannya dengan Angga memang lebih membaik akhir – akhir ini, walau mereka masih enggan untuk saling menyapa. Tapi terkadang mereka berkomunikasi melalui chatting atau sms, tanpa diketahui banyak teman mereka tentunya. Keadaan Arya yang belum diketahui oleh Alma, Arya sampai sekarang tidak memberi kabar sama sekali. Kabar terakhir yang Alma dengar dari temannya, Arya sedang berusaha meluruhkan semua perasaannya, ia sedang berusaha mencintai perempuan lain. Sedikit lega dan bahagia menyelimuti hati Alma, tapi tetap ada sedih tersirat di sana karena Arya masih enggan memberi kabar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar