Kertas – kertas masih bertebaran di
ranjang Alma, ia masih sibuk dengan kegiatan mendesainnya itu. Desain memang
hal yang disukai Alma selain fotografi, ia bahkan lebih suka menggambar sketsa
– sketsa dress pada saat pelajaran berlangsung. Ia tidak pernah menunjukkan
bakatnya ini pada siapapun, hanya untuk dirinya sendiri. Hingga suatu hari
teman – teman Alma iseng membuka sketchbook miliknya, sejak saat itulah teman –
teman Alma tahu dan mulai menyibukkan Alma dengan segala pesanan mereka untuk
dibuatkan sketsa dress. Belum lagi sepupu Alma yang juga sering meminta
dibuatkan desain baju, tapi Alma senang menjalaninya.
Alma melirik jam yang berada di
dinding sekilas. Udah lama juga ternyata
bikin desainnya, batin Alma. Sayup – sayup ia mendengar rintikan air
berbenturan dengan tanah. Hujan, pikirnya.
Alma beranjak dari tempat tidurnya menuju jendela, ia membuka knop jendela dan
seketika angin berhembus memainkan rambutnya, aroma tanah menyeruak masuk
memenuhi ruangannya. Alma menyukai ini semua. Hujan memang sering memberi
inspirasi untuk membuat sebuah desain, tapi hujan kali ini membawa sendu yang
menyertainya. Pandangan Alma beralih menuju kertas yang masih berserakan di
ruangannya, raut sedih seketika muncul di wajahnya..
Iseng – iseng ia membuka facebooknya dan menuliskan sesuatu. Raining outside, hot chocolate may helps.
Seketika muncul tampilan chat di layar
laptopnya.
Rei Rahardian : yang penting jangan’ raining inside’.
Masih betah mengurung dirinya ?
Almaura : iya nih :’)
Rei
Rahardian is now offline
Kekecewaan seketika muncul di wajah
Alma. Rei Rahardian. Di sekolah, siapa yang tidak tahu dengan Rei. Ketua OSIS,
kapten lapangan hijau, tampan dengan tubuh yang proporsional. Karisma selalu
muncul dari dirinya walau hanya terdiam. Semua itu benar – benar menarik
seluruh perhatian Alma bagaikan seluruh
pusat terletak pada Rei. Alma mengaguminya, bahkan lebih dari mengagumi, ia
menyukainya. Alma tidak bisa mengendalikan perasaannya jika berada di samping
Rei.
Lagu milik paramore mengalun lembut
dari handphone Alma. Dengan malas ia menyambar handphone miliknya dan menekan
tombol hijau pada ponselnya.
“Kamu gak datang ke roof garden ? Lebih
baik datanglah ke sini.”
Hanya sebuah kalimat itu yang
diucapkan dari seseorang di seberang sana, walau hanya sebuah kalimat hal itu membuat Alma tertegun. Seseorang itu
Rei. Dengan cepat ia mencari kunci kamarnya dan segera menuju roof garden. Di
asrama ini, roof garden memang sering digunakan untuk merayakan sebuah acara.
Malam ini, roof garden digunakan untuk pesta ulang tahun Manda, salah satu
penghuni asrama ini.
Ia langsung menyalami Manda yang
daritadi menantinya.
“Akhirnya keluar juga dari kamar,
aku kira kamu tidak akan datang. Hampir saja aku ingin menyudahi pesta ini jika
kamu tidak datang.” Sahut Manda.
“Maafkan aku membuatmu menunggu,
hahaha kamu bisa saja.”
“Tadi aku melihat Rei di sekitar
sini, tapi dimana ya dia sekarang ?”
Alma berjalan menuju tempat duduk
kecil di ujung roof garden, di sana sedikit tenang. Seseorang menghampirinya
lalu menggandeng tangan Alma, membawanya
menjauh dari tempat pesta.
“Kenapa ke sini ? Di sini hujan.”
Kata Alma seraya memandang orang itu.
“Gagal ujian untuk pertama kalinya,
bukan alasan tepat untuk menjadi
penyendiri. Di luar ada banyak orang yang akan membantumu, menyingkirkan
kegelisahanmu, menyirnakan kegundahanmu.”
“Mama akan marah padaku, tapi
berada di sini, ini semua keinginan mama bukan aku.” Jawab Alma dengan suara
sendu.
“Apa salah mamamu jika ia ingin
kamu masuk Manajemen ? Kamu sendiri memakai kakimu untuk melangkah ke sini, ini
juga pilihanmu. Jangan terus menyalahkan keadaan atau mamamu.” Jawab Rei dengan
menatap lurus ke depan, tanpa memandang Alma.
Perlahan Alma mulai menyerapi kata –
kata Rei, ia benar. Walau ia ingin masuk sekolah design, tapi masuk ke sini
juga pilihannya sendiri. Rintik hujan mulai membasahi rambut dan wajahnya
seirama dengan jatuhnya air dari pelupuk mata. Tak ada pembicaraan yang
terdengar di antara mereka, hanya sesengguk kecil sesekali terdengar dari mulut
Alma. Setelah beberapa saat mereka kembali ke tempat pesta, Rei memberikan
sebuah jaket untuk Alma lalu menghilang di tengah kerumunan.
Alma berdiri sendiri menatap langit
ketika seseorang menghampirinya, menyerahkan secangkir coklat panas untuknya
dan berdiri di sampingnya, juga menikmati langit dan angin malam.
“Rei……..” Rei menoleh menatap Alma.
“Terima kasih. Terima kasih untuk
hujan – hujannya. Terima kasih untuk waktumu. Dan terima kasih untuk secangkir
coklat ini.” Rei hanya memberikan seulas senyum menanggapi perkataan Alma.
Benarkah
lelaki di sampingku ini kamu? Benarkah yang membuatku merasa begitu lega ini
kamu ? Apa maksud dari semua ini? batin Alma bertanya – tanya. Tapi
biarlah, ia tidak tahu apa maksud tindakan Rei, biarlah. Walau esok Rei akan
kembali bersikap seperti biasa, biarlah. Biarlah, rasa ini selalu kusimpan
untukmu. Dan terima kasih untuk waktu yang singkat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar