Sabtu, 20 April 2013

Terima Kasih


Kertas – kertas masih bertebaran di ranjang Alma, ia masih sibuk dengan kegiatan mendesainnya itu. Desain memang hal yang disukai Alma selain fotografi, ia bahkan lebih suka menggambar sketsa – sketsa dress pada saat pelajaran berlangsung. Ia tidak pernah menunjukkan bakatnya ini pada siapapun, hanya untuk dirinya sendiri. Hingga suatu hari teman – teman Alma iseng membuka sketchbook miliknya, sejak saat itulah teman – teman Alma tahu dan mulai menyibukkan Alma dengan segala pesanan mereka untuk dibuatkan sketsa dress. Belum lagi sepupu Alma yang juga sering meminta dibuatkan desain baju, tapi Alma senang menjalaninya.
Alma melirik jam yang berada di dinding sekilas. Udah lama juga ternyata bikin desainnya, batin Alma. Sayup – sayup ia mendengar rintikan air berbenturan dengan tanah. Hujan, pikirnya. Alma beranjak dari tempat tidurnya menuju jendela, ia membuka knop jendela dan seketika angin berhembus memainkan rambutnya, aroma tanah menyeruak masuk memenuhi ruangannya. Alma menyukai ini semua. Hujan memang sering memberi inspirasi untuk membuat sebuah desain, tapi hujan kali ini membawa sendu yang menyertainya. Pandangan Alma beralih menuju kertas yang masih berserakan di ruangannya, raut sedih seketika muncul di wajahnya..
Iseng – iseng ia membuka  facebooknya dan menuliskan sesuatu. Raining outside, hot chocolate may helps. Seketika  muncul tampilan chat di layar laptopnya.
Rei Rahardian    : yang penting jangan’ raining inside’. Masih betah mengurung dirinya ?
Almaura                : iya nih :’)
Rei Rahardian is now offline
Kekecewaan seketika muncul di wajah Alma. Rei Rahardian. Di sekolah, siapa yang tidak tahu dengan Rei. Ketua OSIS, kapten lapangan hijau, tampan dengan tubuh yang proporsional. Karisma selalu muncul dari dirinya walau hanya terdiam. Semua itu benar – benar menarik seluruh perhatian Alma  bagaikan seluruh pusat terletak pada Rei. Alma mengaguminya, bahkan lebih dari mengagumi, ia menyukainya. Alma tidak bisa mengendalikan perasaannya jika berada di samping Rei.
Lagu milik paramore mengalun lembut dari handphone Alma. Dengan malas ia menyambar handphone miliknya dan menekan tombol hijau pada ponselnya.
“Kamu gak datang ke roof garden ? Lebih baik datanglah ke sini.”
Hanya sebuah kalimat itu yang diucapkan dari seseorang di seberang sana, walau hanya sebuah kalimat  hal itu membuat Alma tertegun. Seseorang itu Rei. Dengan cepat ia mencari kunci kamarnya dan segera menuju roof garden. Di asrama ini, roof garden memang sering digunakan untuk merayakan sebuah acara. Malam ini, roof garden digunakan untuk pesta ulang tahun Manda, salah satu penghuni asrama ini.
Ia langsung menyalami Manda yang daritadi menantinya.
“Akhirnya keluar juga dari kamar, aku kira kamu tidak akan datang. Hampir saja aku ingin menyudahi pesta ini jika kamu tidak datang.” Sahut Manda.
“Maafkan aku membuatmu menunggu, hahaha kamu bisa saja.”
“Tadi aku melihat Rei di sekitar sini, tapi dimana ya dia sekarang ?”
Alma berjalan menuju tempat duduk kecil di ujung roof garden, di sana sedikit tenang. Seseorang menghampirinya lalu menggandeng tangan  Alma, membawanya menjauh dari tempat pesta.
“Kenapa ke sini ? Di sini hujan.” Kata Alma seraya memandang orang itu.
“Gagal ujian untuk pertama kalinya, bukan alasan tepat  untuk menjadi penyendiri. Di luar ada banyak orang yang akan membantumu, menyingkirkan kegelisahanmu, menyirnakan kegundahanmu.”
“Mama akan marah padaku, tapi berada di sini, ini semua keinginan mama bukan aku.” Jawab Alma dengan suara sendu.
“Apa salah mamamu jika ia ingin kamu masuk Manajemen ? Kamu sendiri memakai kakimu untuk melangkah ke sini, ini juga pilihanmu. Jangan terus menyalahkan keadaan atau mamamu.” Jawab Rei dengan menatap lurus ke depan, tanpa memandang Alma.
Perlahan Alma mulai menyerapi kata – kata Rei, ia benar. Walau ia ingin masuk sekolah design, tapi masuk ke sini juga pilihannya sendiri. Rintik hujan mulai membasahi rambut dan wajahnya seirama dengan jatuhnya air dari pelupuk mata. Tak ada pembicaraan yang terdengar di antara mereka, hanya sesengguk kecil sesekali terdengar dari mulut Alma. Setelah beberapa saat mereka kembali ke tempat pesta, Rei memberikan sebuah jaket untuk Alma lalu menghilang di tengah kerumunan.
Alma berdiri sendiri menatap langit ketika seseorang menghampirinya, menyerahkan secangkir coklat panas untuknya dan berdiri di sampingnya, juga menikmati langit dan angin malam.
“Rei……..” Rei menoleh menatap Alma.
“Terima kasih. Terima kasih untuk hujan – hujannya. Terima kasih untuk waktumu. Dan terima kasih untuk secangkir coklat ini.” Rei hanya memberikan seulas senyum menanggapi perkataan Alma.
Benarkah lelaki di sampingku ini kamu? Benarkah yang membuatku merasa begitu lega ini kamu ? Apa maksud dari semua ini? batin Alma bertanya – tanya. Tapi biarlah, ia tidak tahu apa maksud tindakan Rei, biarlah. Walau esok Rei akan kembali bersikap seperti biasa, biarlah. Biarlah, rasa ini selalu kusimpan untukmu. Dan terima kasih untuk waktu yang singkat ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar